Pandangan Islam Mengenai Faham Nasionalisme
Rasulullah
SAW bersabda “Bukan termasuk Ummatku orang yang m engajak pada
Ashabiyah,dan bukan termasuk ummatku orang yang berperang atas dasar
Ashabiyah,dan bukan termasuk ummatku orang yang mati atas dasar Ashabiyah.“(HR.Abu
Dawud).
Islam
tidak kenal dengan namanya nasionalisme, maksudnya itu tidak diajarkan oleh
Islam bahkan harus dijauhi, tidak boleh diperjuangkan. Paham seperti ini dalam
al-quran dikenal dengan ashabiyah. Rasulullah mempersatukan kaum muhajirin dan
anshor dengan satu landasan yaitu akidah Islamiyah. Bukan karena landasan
nasionalisme atau yg lainya. Rasulullah mengumpamakan kita seperti satu tubuh
yang saling melengkapi satu sama lain.
Menurut
sejarah para sahabat Rasulullah SAW. di kota Madinah, bahkan masih di masa
Baginda Rasulullah SAW masih hidup mengajarkan hal itu. Ketika masyarakat dan
negara Islam baru tumbuh di kota Madinah. Dan kedudukan politik dan kekuatan
ekonomi mereka menggeser kepentingan dan posisi kaum Yahudi, maka Yahudi
membuat makar. Salah seorang tokoh Yahudi yang bernama Syas bin Qais yang
sangat benci dengan bersatunya dua suku besar penghuni kota Madinah Aus dan
Khazraj dalam ikatan Islam, membuat makar dengan mengirim seorang penyair agar
membacakan syair-syair Arab Jahiliyah yang biasa mereka pakai dalam perang
Buats. Perang Buats adalah perang yang terjadi selama 120 tahun (Ibnu Ishaq
dalam Tafsir Al Mawardi) antara kaum Aus dan Khazraj. Dan selama musim perang
tersebut, pihak Yahudilah yang mengambil keuntungan politik maupun ekonominya.
Penyair
suruhan Syas berhasil mempengaruhi jiwa sekumpulan kaum Anshar dari kalangan
Aus dan Khazraj di suatu tempat di kota Madinah. Syair jahiliyah tersebut
mengantarkan mereka kepada perasaan kebanggaan dan kepahlawanan mereka di masa
jahiliyah dalam medan perang Buats. Perasaan kebangsaan dan kepahlawanan kaum
Aus maupun Khazraj itu memuncak hingga mereka lupa bahwa mereka sesama muslim.
Yang Aus merasa Aus dan yang Khazraj merasa Khazraj. Dalam puncak emosi perang
itu mereka akhirnya berteriak-teriak histeris ”Senjata-senjata!”.
Dalam
situasi kritis itulah, Rasulullah datang bersama pasukan kaum muslimin untuk
melerai mereka. Rasulullah SAW bersabda:
“Wahai kaum muslimin, apakah
karena seruan jahiliyah ini (kalian hendak berperang) padahal aku ada di
tengah-tengah kalian. Setelah Allah memberikan hidayah Islam kepada kalian. Dan
dengan Islam itu Allah muliakan kalian dan dengan Islam Allah putuskan urusan
kalian pada masa jahiliyyah. Dan dengan Islam itu Allah selamatkan kalian dari
kekufuran. Dan dengan Islam itu Allah pertautkan hati-hati kalian. Maka kaum
Anshar itu segera menyadari bahwa perpecahan mereka itu adalah dari syaithan
dan tipuan kaum kafir sehingga mereka menangis dan berpelukan satu sama lain.
Lalu mereka berpaling kepada Rasulullah SAW. dengan senantiasa siap mendengar
dan taat…” (Sirah Ibnu Hisyam Juz 1/555).
Dan
marilah kita memperhatikan firman Allah SWT “Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena
nikmat Allah, orang-orang yang ber-saudara dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali
Imran 103).
Umat Islam
baik itu yang berkulit hitam atau putih, yang mancung maupun pesek, berdomisili
di sabang sampai dimaroko, semua adalah saudara , tidak berbeda satu dengan
yang lainnya dan yang membedakan hanyalah iman dan taqwanya. Maka sudah
selayaknyalah kita bersatu, bersatu dalam hal artian yang sebenarnya yaitu
bersatu dalam bingkai negara khilafah. Dengan ikatan akidah islam bukan
nasionalisme. Karena inilah wujud persatuan yang sesungguhnya. Allahu Akbar!
Wallahu a’lam
Thanks artikelnya
ReplyDelete